Minggu, 15 Mei 2016

OTAK TRIUNE

Teori otak triune, berarti “ three in one” (Dave Meier, 2002: 83). Menurut teori otak ini, otak manusia di bagi menjadi 3 yaitu otak reptil, sistem limbik, dan neokorteks. Dr.Paul Maclean mencetuskan konsep tiga otak dalam satu kepala (otak triune). Menurut teori ini, otak manusia sebenarnya terdiri dari tiga bagian otak. Otak reptil, otak mamalia, dan otak neo kortex. Otak reptil bermula dari batang otak yang terletak di dasar otak dan terhubung dengan tulang belakang. Otak ini berfungsi sebagai pusat kendali, sistem syaraf otonomi, dan untuk mengatur fungsi utama tubuh. Juga mengatur reaksi seseorangterhadap bahaya atau ancaman. Ketika otak reptil ini aktif,orang tidak akan bisa berpikir, yang bekerja adalah insting atau nalurinya. Otak reptil aktif bila seseorang kurang tidur, terancam, takut, stres, atau pada saat kondisi tubuh dan pikiran yang lelah. Otak reptil kemudian berkembang menjadi otak mamalia yang di dalamnya terdapat sistem limbic yang terdiri dari amygdala, hippocampus, thalamus dan hypothalamus. Peran otak ini adalah mengatur kebutuhan akan keluarga, strata sosial dan rasa memiliki. otak mamalia juga memberikan arti pada suatu emosi atau kejadian (sosial dan emosional). Selain juga berperan dalam mengendalikan sistem kekebalan tubuh, hormon dan memori jangka panjang. Sistem limbic di dalam otak mamalia berperan sebagai saklar untuk menentukan otak mana yang akan aktif, otak reptil atau otak neo cortex. Bila seseorang dalam keadaan tegang, stres, takut atau marah, maka informasi yang diterima otak akan di teruskan ke otak reptil. Dan bila seseorang dalam keadaan bahagia, tenang, dan rilex, maka otak neo cortex akan aktif dan dapat di gunakan untuk berpikir. Otak neo cortex ini merupakan 80% dari total otak manusia dan di sebut juga otak berpikir. Otak ini yang paling tinggi dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, berpikir abstrak dan dapat memecahkan masalah Di dalam otak neo cortex ini, terdapat empat lobus atau cuping yang mempunyai tingkatan karena fungsinya berbeda. Pada bagian depan (belakang kening), terdapat lobus frontal atau frontal cortex yang merupakan pusat kendali otak, mengawasi proses berpikir tingkat tinggi, memikirkan langkah pemecahan masalah, dan mengatur sistem emosi kita. Juga berhubungan dengan kepribadian kita. Kebutuhan yang paling penting untuk otak adalah oksigen dan glukosa, diperoleh dengan cara mengkonsumsi makanan yang kaya akan nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan. Otak juga membutuhkan air murni (air putih) setiap hari untuk kinerja yang optimal. Otak terdiri atas 80% air dan sangat sensitif terhadap perubahan tingkat pH. Transmisi neuron yang sesungguhnya tergantung pada polaritas dari masing-masing sel dan hal ini dipengaruhi oleh kalsium, potasium dan air. Para peneliti mengatakan bahwa vitamin dan nutrisi lainnya sangat penting bagi perkembangan otak, pemeliharaan sel-sel saraf, dan metabolisme otak. Glukosa atau gula darah merupakan satu-satunya sumber energi bagi sel-sel otak, namun banyak orang dan pelajar yang melewatkan sarapan yang merupakan kesempatan pertama untuk mengisi kembali energi setelah kehabisan glukosa semalaman. Dalam studi yang dilakukan Keren Riggs beserta rekan-rekannya (1996) mengenai efek kognitif dari vitamin B12, B6 dan asam folat, ditemukan bahwa orang-orang yang memiliki tingkat kandungan vitamin tersebut cukup tinggi dalam darahnya memperlihatkan kekuatan memori dan tes-tes spesial yang lebih baik daripada dengan orang yang tingkat kandungan vitamin yang rendah. Vitamin B12 sangat banyak terkandung dalam kerang-kerangan, B6 ditemukan pada ayam, ikan, dan semua produk gandum, asam folat terkandung di dalam sereal yang telah diperkaya kandungannya serta sayur-sayuran berwarna hijau. Fakta otak Otak mengkonsumsi sebagaian besar energi tubuh. Walaupun hanya memiliki berat sebesar 2% dari semua berat badan kita, otak membutuhkan 15% dari keluaran jantung dan 20% dari total asupan oksigen ke dalam tubuh. Lebih menarik lagi, sejumlah besar oksigen ini masih dibutuhkan ketika otak berisitirahat, dan masih belum diketahui juga jawaban atas pertanyaan, mengapa kebutuhan ini tetap ada. Untuk mensuplai kebutuhan gila-gilaan ini, dibutuhkan 3 arteri utama, dan jika salah satu dari arteri ini macet, stroke adalah jawaban pasti. Selain energi, otak kita juga butuh tengkorak yang besar dan mewah, jika dibandingkan dengan anggota badan lain. Otak kita sudah tumbuh sempurna di usia 7 tahun. Perkembangan rumit dan sulit sudah tidak diragukan lagi. Otak kita sudah 95% dari ukuran penuhnya pada usia 7 tahun. Perkembangan ini mungkin menjawab pertanyaan mengapa energi yang masuk ke otak pada saat usia 2 tahun sudah membutuhkan energi sebesar otak orang dewasa. Otak pria lebih besar daripada otak wanita. Tapi, bukan berarti bahwa ada keuntungan tertentu bagi mereka yang punya otak lebih besar. Otak tidak merasa sakit. Otak tidak mempunyai reseptor sakit, dan akibatnya tidak merasa sakit sama sekali ketika di operasi. Sakit kepala bukan karena adanya rangsangan terhadap reseptor sakit di otak, tapi di selaput otak, yang disebut durameter, yang dipenuhi dengan reseptor rasa sakit, dan durameter inilah yang merasakan sakit pada saat kita pusing. Oleh karena itu ada banyak macam sakit kepala, dan penyebabnya juga masih tidak jelas. Lebih dari 10% otak digunakan untuk aktivitas. Berbagai aktivitas rumit yang ada akan menggunakan sebagain besar otak ini. Dengan mengamati efek trauma kepala, diperlihatkan juga bahwa tidak ada area dalam otak yang dapat menderita kerusakan tanpa adanya efek. Kerusakan sekecil apapun, efeknya akan besar, jadi dengan kata lain, sebenarnya kita menggunakan sebagian besar otak kita, dan mungkin semuanya. Sel otak beregenerasi. Selama seabad ini berkembang isu yang mengatakan bahwa sel otak tidak beregenerasi. Tapi, selama satu dekade belakangan diketahui bahwa sel otak dapat dan bisa dibantu untuk memperbaiki diri sendiri. Setiap otak manusia berkembang secara unik. Bahkan otak orang yang kembar sekalipun. Sehingga mereka memiliki karakteristik tersendiri. Gambar Otak Manusia Proses Pembelajaran adalah Memanfaatkan Potensi Otak, Dimana pembelajaran tersebut tidak hanya menekankan pada akumulasi pengetahuan materi pelajaran, tetapi yang diutamakan adalah kemampuan peserta didik untuk memperoleh pengetahuannnya sendiri (self regulated). Namun, bagaimana dengan proses pembelajaran tersebut? Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Menurut beberapa ahli, otak manusia terdiri dari dua bagian yaitu otak kanan dan otak kiri. Masing-masing belahan otak memiliki spesialisasi dalam kemampuan-kemampuan tertentu. Proses berpikir otak kiri bersifat logis, skuensial, linier, dan rasional. Sisi ini sangat teratur. Walaupun berdasarkan realitas, ia mampu melakukan penafsiran abstrak dan simbolik. Cara berpikirnya adalah sesuai untuk tugas-tugas teratur ekspresi verbal, menulis, membaca, asosiasi auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik serta simbolik (De Porter, 1992). Cara kerja otak kanan bersifat acak, tidak teratur, intuitif, dan holistic. Cara berpikirnya sesuai dengan cara-cara untuk mengetahui yang bersifat non-verbal seperti perasaan dan emosi. Kesadaran yang berkenaan dengan perasaan (merasakan kehadiran suatu benda atau orang), kesadaran spasial, pengenalan bentuk dan pola, music, seni, kepekaan warna, kreativitas, dan visualisasi. Kedua belahan otak perlu dikembangkan secara optimal dan seimbang. Belajar yang hanya cenderung memanfaatkan otak kiri, misalnya dengan memaksa anak untuk berpikir logis dan rasional akan membuat anak dalam posisi “kering dan hampa”. Oleh karena itu, belajar berpikir logis dan rasional perlu didukung oleh pergerakan otak kanan misalnya dengan memasukkan unsure-unsur yang bisa mempengaruhi emosi, yaitu unsure estetika melalui proses belajar yang menyenangkan dan menggairahkan. Dalam standar proses pendidikan, belajar adalah memanfaatkan kedua belahan otak secara seimbang. Menurut MacLean, seorang ahli neurologi mantan direktur dari Laboratory of the Brain and Behavior pada United States National Institute of Mental Health, otak berbagai spesies mengalami evolusi panjang. Otak manusia merupakan hasil evolusi terakhir yang paling canggih. Berdasarkan penelitan yang panjang, MacLean (1990) mengajukan sebuah konsep yang diberi nama The Triune Brain (Tiga Serangkai Otak). Teori ini mulai dikembangkan pada tahun 1954 dan terus berkembang berdasarkan berbagai penelitian sampai akhir hayatnya. Menurut MacLean (1990), otak berevolusi dalam tiga periode besar dan evolusi ini membentuk tiga lapisan. Lapisan yang paling tua dikenal sebagai R-complex, lapisan kedua disebut Limbic System, dan yang terakhir Neocortex. Masing-masing lapisan memiliki karakter dan fungsi yang berbeda-beda namun saling berhubungan dan bekerjasama dalam menentukan perilaku yang akan ditampilkan oleh individu. R-COMPLEX R-complex meliputi bagian atas batang otak dan cerebellum merupakan otak yang tertua. Pada reptilia otak inilah yang paling dominan. Oleh karena itu, otak ini juga disebut sebagai Otak Reptil. Lapisan Otak Reptil ini yang bertanggungjawab pada pola perilaku bawaan yang penting untuk kelangsungan hidup diri maupun spesies. Fungsinya antara lain adalah mengendalikan semua gerakan involunter dari jantung, peredaran darah, reproduksi dan sebagainya yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup makhluk tersebut maupun spesiesnya. Sebagai contoh betapa vitalnya otak reptil pada kehidupan manusia dapat dilihat dari perintahnya pada jantung untuk bergerak. Atas perintah dari bagian otak ini jantung berdenyut mengedarkan darah ke seluruh tubuh dan kembali ke jantung. Bisa dibayangkan jika otak memerintahkan jantung untuk beristirahat beberapa saat, maka oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui darah tidak akan dapat didistribusikan ke seluruh organ dan sel dalam tubuh, termasuk otak yang membutuhkan dua unsur sumber asupan penting tersebut. Orang yang mengalami gagal jantung karena jantungnya tidak berdenyut lebih dari 5 menit secara medis diperkirakan akan menyebabkan kehilangan kesadaran dan pernafasan berhenti karena kekurangan asupan oksigen ke otak. Bila dibiarkan dalam waktu cukup lama akan terjadi kerusakan jaringan otak (brain damage). Memang ada beberapa kasus khusus seperti yang terjadi baru-baru ini dimana seorang pemain sepak bola profesional Inggris bernama Fabrice Muamba mengalami gagal jantung selama 78 menit. Muamba selamat karena penanganan seksama dari tim medis mulai dari lapangan bola hingga di rumah sakit. Kerusakan pada bagian otak ini bisa berakibat fatal, sehingga bila dulu untuk menetapkan apakah seseorang masih hidup atau sudah meninggal dunia biasa ditentukan dari apakah jantungnya masih bekerja atau tidak, saat ini ditentukan oleh batang otaknya masih berfungsi atau tidak, karena batang otaklah yang memerintahkan jantung. Otak Reptil juga bertanggungjawab bagi pola perilaku khas bawaan yang penting bagi pertahanan diri. Reaksi yang paling sering muncul untuk mempertahankan hidup adalah tempur atau kabur (fight or flight). Perhatikan bagaimana seekor ular saat mempersepsikan ada ancaman bagi hidupnya, reaksi yang biasa muncul adalah menegakkan kepala siap untuk mematok (fight) atau lari sipat kuping (flight). Perilaku makan dan reproduksi yang terkait dalam kelangsungan hidup diri dan spesies, juga termasuk reaksi dari otak reptil. Saat individu dikendalikan oleh Otak Reptilnya, ia pun biasa bertindak secara refleks untuk mempertahankan hidupnya tanpa memikirkan secara cermat apa yang akan dilakukannya. Ini biasa terjadi saat mereka berada dalam keadaan darurat, bahaya, dan terdesak. LIMBIC SYSTEM Setelah otak Reptil, bagian berikutnya yang berkembang dalam evolusi otak adalah otak Paleomammalia. Otak ini terdiri dari sistem limbik yang terkait dengan batang otak. Bagian otak ini berkembang pada awal masa evolusi mamalia. Oleh karena itu, MacLean menyebutnya sebagai otak Mamalia. Sistem limbik memegang peranan penting dalam emosi serta motivasi. Otak ini juga bertanggungjawab atas pemelajaran dan memori. Dua struktur yang paling penting dalam sistem limbik adalah amygdala dan hippocampus. Amygdala, yang berbentuk biji almond, membantu organisme untuk mengenali apakah sesuatu atau situasi yang dihadapinya itu berbahaya atau tidak, apakah sesuatu itu penting bagi kelangsungan hidup atau tidak, misalnya apakah makanan ini boleh dimakan, apakah orang ini tepat untuk dijadikan pasangan, apakah situasi ini bahaya bagi kita. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya otak reptil saling berkaitan dengan otak mamalia. Sebuah contohnya adalah otak reptil yang memerintahkan jantung bekerja sangat berkaitan dengan bagian amygdala. Dalam keadaan relaks, sistem syaraf melakukan pengendalian sehingga jantung berdenyut sebanyak 64-72 kali per-menit untuk lelaki dewasa dan 72-80 kali per-menit untuk wanita dewasa. Pada saat berolahraga, atau kondisi perasaan yang emosional atau tegang, jantung bisa berdenyut lebih cepat (sumber). Dalam aliran darah yang dipompa oleh jantung terdapat asupan oksigen dan nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan otak, sebaliknya Amygdala di otak yang merespon situasi “menegangkan”, “berbahaya”, atau lainnya yang ditangkap panca indera, akan menghasilkan zat kimia yang lalu dibawa oleh darah ke jantung dan selanjutnya perasaan ini disalurkan ke seluruh tubuh. Akibatnya seluruh tubuh bereaksi secara selaras terhadap pera¬saan “menegangkan”, “sedih”, “cemas”, “terancam” atau lainnya. Pada manusia amygdala membantu untuk memahami ekspresi dari orang yang dihadapinya. Kerusakan pada amygdala akan membuat individu tidak mampu berempati dengan orang lain. Oleh karena dalam berfungsi amygdala banyak dipengaruhi oleh persepsi, maka amygdala dapat keliru memahami apabila organisme menangkap tanda-tanda secara keliru saat menerima rangsangan dari lingkungannya, kesalahan persepsi ini dapat menyebabkannya mereka menampilkan perilaku yang tidak sesuai (King, 2011). Bila amygdala rusak, individu mengalami kesulitan dalam menangkap emosi yang signifikan dari setiap peristiwa. Kondisi ini kadang-kadang disebut sebagai ‘buta afektif’ (Goleman, 1996). Orang yang mengalami kerusakan pada amygdala atau yang dicabut amygdalanya sulit membaca ekspresi orang lain maupun mengenali bahasa tubuh. Tentunya kesulitannya ini dapat membawa akibat dalam hubungan antar manusia. Sulit baginya untuk memahami ekspresi dan bahasa tubuh dari orang yang dihadapinya. Kemampuan membaca ekspresi pembicaralah yang dapat membantu kita memahami maksud dari apa yang disampaikan oleh pembicara sebenarnya, apakah ia bersungguh-sungguh atau sedang bercanda atau bahkan sedang menyindir kita. Bahkan dalam bukunya Emotional Intelligence, why it matters more than IQ, Daniel Goleman (1996) menceriterakan bagaimana seorang pemuda yang diangkat amygdalanya (untuk mengendalikan kejang-kejang yang dialaminya) walaupun masih memiliki kemampuan berbicara, menjadi sama sekali tidak tertarik pada orang lain, lebih suka memisahkan diri dari orang lain. Hippocampus memiliki peran khusus dalam ingatan (Bethus, Tse, & Morris dalam King, 2011). Walaupun ingatan tidak tersimpan dalam sistem limbik, hippocampus berperan penting dalam mengintegrasikan berbagai rangsangan yang terkait serta membantu dalam membangun ingatan jangka panjang. Selain itu, hippocampus dan daerah sekitarnya berperan penting dalam membentuk ingatan mengenai fakta-fakta walaupun hanya mengalami sekali saja. Oleh karena itu, hippocampus sangat penting peranannya dalam hidup, terutama dalam belajar. Apa yang telah dipelajari dan diingat oleh individu inilah nantinya yang akan turut mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi segala sesuatu, sehingga merangsang amygdala memberi signal pada individu. Bila otak reptil mengeluarkan perilaku refleks yang kaku dan tidak berubah dari saat ke saat, otak mamalia menghasilkan perilaku yang lebih luwes dan mengintegrasikan pesan dari dalam maupun dari luar tubuh. Oleh karena itu perilaku yang ditampilkan dapat beraneka ragam, tergantung sistem limbik ini berkolaborasi dengan siapa? …. otak reptilkah atau dengan neocortex yang canggih. NEOCORTEX Periode evolusi terakhir dari otak menghasilkan neocortex atau otak neomamalian. Neocortex adalah lapisan teratas yang mengelilingi otak mamalia, dan hanya dimiliki oleh jenis mamalia. Reptil dan burung tidak memiliki bagian otak ini. Walaupun neocortex juga dimiliki mamalia lain selain manusia, pada manusia perbandingan ukuran neocortex dari keseluruhan otak adalah yang terbesar. Pada manusia neocortex mencakup 80% dari otak bila dibandingkan dengan pada mama¬lia lain yang umumnya hanya mencakup 30 sampai 40% dari keseluruhan otaknya (King, 2011). Perbedaan luasnya neocortex ini mempengaruhi banyaknya syaraf dan kompleksitas hubungan antar syaraf yang berkaitan dengan kemampuan berpikir dari makhluk-makhluk tersebut. Berbeda dengan amygdala yang bekerja dengan sistem intuitif yang primitif, neocortex bekerja dengan sistem analitis yang lebih canggih. Sebagai hasil evolusi otak yang paling akhir, neocortex mengendalikan keterampilan berpikir tingkat tinggi, nalar, pembicaraan, dan berbagai tipe kecerdasan lainnya. Oleh karena itu bagian ini sering disebut sebagai otak berpikir. Saat menjumpai masalah rumit yang perlu dipecahkan dengan pemikiran tingkat tinggi, neocortexlah yang paling cocok berfungsi. Besarnya neocortex pada manusia membuat manusia mampu berpikir abstrak, transendens, dan tidak terbatas pada hal-hal yang sedang dialami saat ini saja. Salah satu kelebihan dari kemampuan berpikir ini membuat manusia dapat melakukan introspeksi untuk mengenali dirinya serta membuat perencanaan untuk mengembangkannya, sedangkan gajah, misalnya, mungkin tidak pernah sadar bahwa dia adalah seekor gajah, apalagi memikirkan cara untuk menjadi gajah unggul. Ketiga otak ini (triune brain) tidaklah bekerja secara terpisah. Menurut MacLean (1990), ketiganya bekerja seperti tiga komputer biologis yang saling berkaitan. Tentunya diharapkan otak reptil secara rutin bekerja otomatis menjalankan fungsinya menjaga kelangsungan hidup, dan tidak lengah dalam menggerakkan jantung agar memompa darah ke seluruh tubuh, atau menggerakkan usus-usus dan seluruh alat pencernaan lainnya untuk mencerna makanan yang kita makan. Namun dalam menghadapi masalah pelik, kita tentu mengharapkan neocortex yang akan ‘memimpin’, memikirkan cara-cara terbaik untuk memecahkan masalah tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan awal, Otak Reptil berfungsi dalam mekanisme penyelamatan hidup (survival). Perilaku yang muncul sebagai reaksi dari otak reptil ini muncul sebagai refleks-refleks pertahanan diri. Pertahanan diri tanpa pikir panjang yang paling sering muncul dalam perilaku adalah tempur (fight) atau kabur (flight). Perilaku yang merupakan reaksi dari otak reptil, yang berupa refleks-refleks instinktif dan tanpa dipikirkan masak-masak ini juga sering kali muncul pada manusia. Reaksi ini dapat sangat membantu dalam keadaan darurat, namun dapat pula justru mencelakai. Kita ambil contoh seorang ibu yang menghadapi perampok bersenjata belati yang bertubuh tegap, Dapat saja tanpa berpikir si ibu melawan (fight) perampok tadi padahal ia tidak memba¬wa senjata dan juga tidak memiliki bekal ilmu bela diri. Perilaku ibu tadi ¬diri (dalam hal ini sang perampok yang menunjukkan mekanisme pertahanan ‘kabur’ atau flight), namun dapat juga membahayakan dirinya karena mungkin saja perampok tidak menunjukkan mekanisme “kabur” melainkan ‘tempur’ dan tenaga serta kemampuan bertempur perampok itu lebih unggul ketimbang ibu tadi. Pernahkah Anda mengalami keadaan seperti ini? Biasanya reaksi otak reptil ini tidak disadari, baru setelah keadaan reda (bila masih selamat) individu menyadari betapa konyol tindakannya tadi yang sebenarnya dapat membahayakan dirinya. Ini terjadi karena apa yang seharusnya dilakukan oleh neocortex diambil alih oleh otak reptil. Hal yang perlu diketahui adalah neocortex hanya dapat betul-betul berfungsi bila sistem limbik berada dalam keadaan emosi terkendali. Sebab saat amygdala menemukan situasi yang dipersepsi sebagai bahaya dan sistem limbik tak dapat membuat organisme menjadi lebih nyaman, maka yang lebih sering berperan adalah otak reptil dengan refleks-refleks pertahanan diri tanpa memikirkan secara mendalam bagaimana keadaan sebenarnya dan tindakan apa yang sebaiknya diambil. Padahal bila sistem limbik dapat menenangkan dan membuat individu merasa nyaman, maka neocortex dapat berperan dengan segala kecanggihannya untuk memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang sebaiknya tidak dilakukan. Seperti pemegang kunci, sistem limbiklah yang akan menetapkan ‘pintu’ mana yang akan dibuka. Pintu ke arah otak reptil atau neocortex. Sebagaimana dinyatakan MacLean, tiga serangkai otak ini bekerja seperti tiga komputer biologis yang saling berkaitan. Dengan adanya neocortex yang sangat besar pada manusia, yang membuatnya mampu berpikir tingkat tinggi, diharapkan manusia lebih banyak menggunakan kemampuannya berpikir tingkat tingginya dan tidak sering dikendalikan oleh otak reptilnya. Oleh karena itu, sangat penting bagi sistem limbik untuk membuat organsime nyaman, dan perlu untuk menjaga agar kesalahan amygdala dalam menilai situasi dapat segera disadari dengan mengaktifkan neocortex dalam menilai dan menyadarkan sistem limbik bahwa ada cara yang lebih tepat untuk mengendalikan keadaan. Manusia berbeda dengan hewan lainnya, tidak sepenuhnya bergerak berdasarkan insting, langsung bereaksi begitu mendapat rangsangan. Manusia mampu menunda reaksinya, mengambil waktu untuk member kesempatan bagi neocortex berpikir dan menganalisis situasi. Memang mula-mula penundaan ini membuat reaksi manusia acap terkesan lamban, namun dengan latihan menganalisis dan berpikir kritis, lama kelamaan reaksi menjadi lebih cepat. Hal yang penting diketahui adalah kesadaran akan pentingnya menunda reaksi demi menganalisis situasi dengan lebih cermat. Beberapa cara untuk menenangkan diri adalah dengan menghirup napas panjang beberapa kali, minum air putih, lalu menggunakan kemampuan berpikir kritis untuk menganalisis situasi. Makin sering kita menggunakan kemampuan analisis kita, semakin cepat kita mampu menganalisis lingkungan dan situasi yang kita hadapi.

Tugas Kepemimpinan Kepala Sekolah

I. Judul PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN ETOS KERJA GURU PAI (STUDI KASUS DI MAS BABUSSALAM) II. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan dalam memperlancar kegiatan belajar mengajar (KBM). Peranannya bukan hanya menguasai teori-teori kepemimpinan, lebih dari itu seorang kepala sekolah harus bisa mengimplementasikan kemampuannya dalam aplikasi teori secara nyata. Untuk itu seorang kepala sekolah dituntut untuk memiliki ilmu pendidikan secara menyeluruh Dalam hal ini, pengembangan SDM merupakan proses peningkatan kemampuan manusia agar mampu melaksanakan pilihan-pilihan. Pengertian ini memusatkan perhatian pada pemerataan dalam peningkatan kemampuan manusia dan pemanfaatan kemampan itu. Kepala sekolah adalah pemimpin yang mempunyai peran sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah. Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan kelompok itu. Tujuan tersebut merupakan tujuan bersama. Pemimpin berfungsi memberi dorongan kepada anggota kelompok untuk menganalisis situasi supaya dapat dirumuskan rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi harapan baik. Dan juga merumuskan dengan teliti tujuan kelompok supaya anggota dapat bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Seorang kepala sekolah menduduki jabatannya karena ditetapkan dan diangkat oleh atasan (yayasan). Didalam usaha meningkatkan mutu sekolah, seorang kepala sekolah dapat memperbaiki dan mengembangkan fasilitas - fasilitas sekolah. Disamping itu juga harus memperhatikan mutu guru-guru dan seluruh staf kantor. Fungsi dan tugas kepala sekolah sebagai pemimpin (leadership) antara lain: 1. Dapat dipercaya, jujur dan tanggungjawab. 2. Memahami kondisi guru, karyawan dan siswa. 3. Memiliki visi dan memahami misi sekolah 4. Mengambil keputusan urusan intern dan eksteren sekolah 5. Membuat, mencari dan memilih gagasan baru. Disamping semua itu, kepala sekolah juga harus mampu membangkitkan semangat kerja yang tinggi. Ia harus menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, aman dan semangat. Ia juga harus mampu mengembangkan staf untuk bertumbuh dalam kepemimpinannya. Fungsi kepala sekolah yang berhubungan denagn etos kerja guru pendidikan agama Islam adalah memahami kondisi guru dan karyawan. Dalam menjalankan tugas tersebut ia tidak bisa mewujudkan tujuannya apabila kondisi kerja para guru tidak tertata dengan baik. Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah menghadapi tanggungjawab yang berat, untuk itu ia harus memiliki persiapan memadai. Ia hendaknya belajar bagaimana mendelegir wewenang dan tanggungjawab sehingga ia dapat memusatkan perhatiannya pada usaha-usaha pembinaan program pengajaran. Suatu proses pengembangan SDM tersebut harus menyentuh berbagai bidang kehidupan yang harus tercermin dalam pribadi para pemimpin, termasuk kepala sekolah. Karena erat hubungannya antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah, seperti disiplin sekolah, iklim budaya dan menurunnya perilaku nakal peserta didik. Agar tugas-tugas berhasil baik ia perlu memperlengkapi diri perlengkapan pribadi maupun perlengkapan profesi. Ia harus memahami masalah kepemimpinan. Berdasarkan wawancara penulis kepada Bpk. Muhammad Zukhdi, Lc, MA selaku kepala sekolah MAS Babussalam, beliau menjelaskan bahwa usaha-usaha beliau dalam meningkatkan profesionalisme guru PAI antara lain: 1. Sering memberikan kontrol terhadap aktifitas guru bidang studi PAI. 2. Memberikan saran terhadap guru PAI dalam melaksanakan tugasnya. 3. Membuat program baru untuk meningkatkan pengajaran PAI 4. Memberikan program pelatihan-pelatihan, bimbingan dan mengarahkan para guru PAI agar mencapai tujuan pendidikan. 5. Peningkatan kesejahteraan guru. Menurut Husaini Usman (1997:93) bahwa kepemimpinan kepala sekolah secara khusus haruslah memiliki keahlian teknik, baik dalam arti sebenarnya maupun singkatan. Arti TEKNIK secara singkatan, yaitu: 1. Terampilan. Keterampilan dalam memimpin meliputi: manajerial, sosial dan teknikal. 2. Etos kerja. Meningkatkan etos kerja guru meliputi: mempunyai visi jauh kedepan, kerja keras, kreatif, inovatif, kerja secara sistematis dan tanggungjawab. 3. Keberanian. Berani dalam mengambil keputusan 4. Negosial ialah perundingan untuk mufakat. 5. Intuisi bisnis adalah berfikir secara ilmiah 6. Kewirausahaan (enterpreneur) adalah memanfaatkan sumber daya yang ada. Berkembangnya semangat kerja, kerja sama yang harmonis, minat terhadap perkembangan pendidikan, suasana kerja yang menyenangkan dan perkembangan mutu professional di antara para guru banyak ditentukan oleh kualiats kepemimpinan kepala sekolah. Guru sebagai suatu profesi memiliki banyak tugas, baik yang berkaitan oleh dinas maupun non dinas, yakni dalam bentuk pengabdian. Tugas tersebut dapat kita kelompokkan yaitu tugas dalam profesi, tugas dalam bidang kemanusiaan, dan kemasyarakatan. Disamping itu tugas guru meliputi mendidik, melatih dan mengajarkan. Mendidik berarti mengembangkan dan merumuskan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada diri siswa. Seorang guru yang mempunyai etos kerja yang tinggi, maka dia akan melaksanakan tugas-tugasnya dengan penuh semangat dan rasa tanggung jawab yang tinggi. Dan demikian halnya dengan seorang guru yang mempunyai etos kerja yang rendah, maka dia akan bermalas-malasan dan kurang adanya tanggung jawab, setengah-setengah dalam melaksankan tugas keguruan, namun demikian kita tidak bisa menyalahkan guru yang beretos kerja yang rendah, tentunya juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yang tidak bisa diabaikan begitu saja, tetapi harus diperlukan atau dicari pemecahan sehingga faktor tersebut akan berpengaruh secara positif terhadap etos kerja guru. III. Fokus Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus masalah dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana kepemimpinan kepala sekolah di MAS Babussalam 2. Bagaimana etos kerja guru di MAS Babussalam 3. Apa faktor yang mempengaruhi etos kerja guru di MAS Babussalam 4. Upaya apa yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru PAI di MAS Babussalam 5. Apa kendala kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru PAI di MAS Babussalam IV. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru PAI di MAS Babussalam. V. Manfaat Penelitian Dari uraian di atas, dalam penelitian ini dapat diambil manfaatnya anatara lain sebagai berikut: 1. Mengetahui seberapa besar peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru PAI di MAS Babussalam? 2. Mengetahui faktor penyebab etos kerja guru di MAS Babussalam? 3. Mengetahui upaya-upaya apa yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan etos kerja guru PAI di MAS Babussalam? REFERENSI Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta, Raja Grafindo, 1994 Dr. E. Mulyasa, M. Pd, Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung PT. REMAJA ROSDA KARYA, 2004. Drs. Muhaimin. MA. Paradigma Pendidikan Islam. Upaya Mengefektikan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Rosdakarya. Bandung. 2001 Drs. Soekarto Indrafachrudi, Mengantar Bagaimana Memimpin Sekolah Yang Baik. Ghalia Indonesia. Jakarta. 1993. Drs. Soewadji Lazaruth, Kepala Sekolah dan Tanggung Jawabnya. Kanisius. Yogyakarta. Cet. Ketiga. 1988. Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja Rosda Karya, 2003. Prof. Dr. Husaini Usman, M.Pd., M.T. Manajemen Teori, Praktik Dan Riset Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Cet. Pertama. 2006. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Cet. X, Jakarta, Rineka Cipta, 1996. Sumadi Suryabrata, Metode Penelitian, Jakarta, Rajawali.

Sikap (Attidude)

SIKAP (ATTITUDE) A. Pengertian dan Dimensi Sikap Dalam Dictionary of Psychology, Reber (1985) menyatakan bahwa istilah sikap (attitude) berasal dari bahasa Latin, "aptitudo" yang berarti kemampuan, sehingga sikap dijadikan acuan apakah seseorang mampu atau tidak mampu pada pekerjaan tertentu. Chaplin (1975) menyatakan bahwa sikap atau pendirian adalah satu predisposisi atau kecenderungan yang relative stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku atau untuk mereaksi dengan cara tertentu. Mueller (1986) menganggap bahwa Thurstone adalah yang pertama mempopulerkan metodologi pengukuran sikap. Thurstone dalam Kartawijaya (1992) mendefiniskan sikap sebagai seluruh kecenderungan dan perasaan, kecurigaan dan prasangka, prapemahaman yang mendetail, ide-ide, rasa takut, ancaman dan keyakinan tentang suatu hal. Ada empat dimensi sikap dari Thurstone, yaitu: (1) pengaruh atau penolakan, (2) penilaian, (3) suka atau tidak suka, dan (4) kepositifan atau kenegatifan terhadap obyek psikologis. Secara Iebih terperinci, Rahmat (1998) menyimpulkan beberapa pendapat ahli dan menetapkan lima ciri yang menjadi karakteristik sikap seseorang: 1. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir. dan merasa dalam menghadapi obyek, ide, situasi. atau nilai. Sikap bukan perilaku tetapi merupakan kecenderungan berperilaku dengan cara tertentu terhadap obyek sikap. Obyek sikap dapat berupa benda, orang, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok. 2. Sikap mempunyai daya pendorong. Sikap bukan hanya rekaman masa lalu tetapi juga pilihan seseorang untuk menentukan apa yang disukai dan menghindari apa yang tidak diinginkan. 3. Sikap relatif lebih menetap. Ketika satu sikap telah terbentuk pada diri seseorang maka hal itu akan menetap dalam waktu relative lama karena hal itu didasari pilihan yang menguntungkan dirinya 4. Sikap mengandung aspek evaluatif. Sikap akan bertahan selama obyek sikap masih menyenangkan seseorang, tetapi kapan obyek sikap dinilainya negatif maka sikap akan berubah. 5. Sikap timbul melalui pengalaman, tidak dibawa sejak tahir, sehingga sikap dapat diperteguh atau diubah melalui proses belajar. Cassio (1991) dan Gibson (1996) justru mendukung pendapat Ruch dengan menggmbarkan hubungan antara sikap dan perilaku sebagai berikut : Sikap berkembang dari interaksi antara individu dengan lingkungan masa lalu dan masa kini. Melaui proses kognisi dari integrasi dan konsistensi sikap dibentuk menjadi komponen kognisi, emosi, dan kecendrungan bertindak. Setelah sikap terbentuk akan mempengaruhi perilaku secara langsung. Perilaku akan memmpengaruhi perubahan lingkungan yang ada, dan perubahan-perubahan yang terjadi akan menuntun pada perubahan sikap yang dimiliki. Sikap dapat diidentifikasi dalam lima dimensi sikap yaitu arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitas. a. Sikap memiliki arah, artinya sikap terbagi pada dua arah, setuju atau tidak setuju, mendukung atau tidak mendukung, positif atau negatif. b. Sikap memiliki intensitas, artinya, kedalaman sikap terhadap obyek tertentu belum tentu sama meskipun arahnya sama. c. Sikap memiliki keluasan artinya ketidak setujuan terhadap obyek sikap dapat spesifik hanya pada aspek tertentu, tetapi sebaliknya dapat pula mencakup banyak aspek. d. Sikap memiliki konsistensi yaitu kesesuaian antara peryataan sikap yang dikemukakan dengan tanggapan terhadap obyek sikap. Sikap yang bertahan lama (stabil) disebut sikap yang konsisten, sebaliknya sikap yang cepat berubah (Iabil) disebut sikap inkonsisten. e. Sikap memiliki spontanitas, artinya sejauh mana kesiapan seseorang menyatakan sikapnya secara spontan. Spontanitas akan nampak dari pengamatan indikator sikap pada seseorang mengemukakan sikapnya. B. Sikap Sains (Sikap Ilmiah) Sikap ilmiah dalam pembelajaran Sains sering dikaitkan dengan sikap terhadap Sains. Keduanya saling berbubungan dan keduanya mempengaruhi perbuatan. Pada tingkat sekolah dasar sikap ilmiah difokuskan pada ketekunan, keterbukaan, kesediaan mempertimbangkan bukti, dan kesediaan membedakan fakta dengan pendapat (Kartiasa, 1980). Penilaian hasil belajar Sains dianggap lengkap jika mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sikap merupakan tingkah laku yang bersifat umum yang menyebar tipis diseluruh hal yang dilakukan siswa. Tetapi sikap juga merupakan salah satu yang berpengaruh pada hasil belajar siswa. Sikap ilmiah dibedakan dari sekedar sikap terhadap Sains, karena sikap terhadap Sains hanya terfokus pada apakah siswa suka atau tidak suka terhadap pembelajaran Sains. Tentu saja sikap positif terhadap pembelajaran Sains akan memberikan kontribusi tinggi dalam pembentukan sikap ilmiah siswa tetapi masih ada faktor lain yang memberikan kontribusi yang cukup berarti. Menurut Harlen (1996) paling kurang ada empat jenis sikap yang perlu mendapat perhatian dalam pengembangan sikap ilmiah siswa sekolah dasar: (1) sikap terhadap pekerjaan di sekolah, (2) sikap terhadap diri mereka sebagai siswa, (3) sikap terhadap ilmu pengetahuan, khususnya Sains, dan (4) sikap terhadap obyek dan kejadian di lingkungan sekitar. Keempat sikap ini akan membentuk sikap ilmiah yang mempengaruhi keinginan seseorang untuk ikut serta dalam kegiatan tertentu, dan cara seseorang merespon tkepada orang lain, obyek, atau peristiwa. Pengelompokan sikap ilmiah oleh para ahli cukup bervariasi, meskipun kalau ditelaah lebih jauh hampir tidak ada perbedaan yang berarti. Variasi muncul hanya dalam penempatan dan penamaan sikap ilmiah yang ditonjolkan. Misalnya, Gega (1977) memasukkan inventiveness (sikap penemuan) sebagai salah satu sikap ilmiah utama, sedangkan AAAS (1993) tidak menyebut inventiveness tetapi memasukkan open minded (sikap terbuka) sebagai salah satu sikap ilmiah utama. Gega (1977) mengemukakan empat sikap pokok yang harus dikembangkan dalam Sains yaitu, “(a) curiosity, (b) inventiveness, (c) critical thinking, and (d) persistence”. Keempat sikap ini sebenarnya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya karena saling melengkapi. Sikap ingin tahu (curiosity) mendorong akan penemuan sesuatu yang baru (inventiveness) yang dengan berpikir kritis (critical thinking) akan meneguhkan pendirian (persistence) dan berani untuk berbeda pendapat. Sedangkan, oleh American Association for Advancement of Science (AAAS: 1993) memberikan penekanan pada empat sikap yang perlu untuk tingkat sekolah dasar yakni honesty (kejujuran), curiosity (keingintahuan), open minded (keterbukaan), dan skepticism (ketidakpercayaan).

Ilmu Pengetahuan & Nilai

ILMU PENGETAHUAN DAN NILAI Dalam dunia pendidikan, terutama penidikan tinggi, boleh dikatan setiap waktu istilah ilmu selalu dikatakan dan suatu ilmu diajarkan. Tampaknya telah menjadi kelaziman bahwa sebutan yang dipergunakan ialah ilmu pengetahuan. Walaupun setiap saat diucapkan, dan dari waktu ke-waktu diajarkan, namun tidak banyak dilakukan pembahasan mengenai ilmu itu sendiri. Rupanya apa pengertian ilmu dengan sendirinya dapat dipahami tampa memerlukan keterangan lebih lanjut. Tetapi apabila harus memberikan perumusan yang tepat dan cermat mengenai pengertian ilmu, barulah orang akan merasa hal itu tidaklah begitu mudah. Hal ini sebenarnya sudah terlihat dalam penyebutan istilah ‘ilmu pengetahuan’ yang telah demikian lazim dalam masyarakat termasuk dunia perguruan tinggi yang sesungguhnya merupakan suatu penyebutan yang kurang tepat dan tidak cermat. Istilah ilmu pengetahuan merupakan suatu pleonasme, yakni pemakaian lebih daripada satu perkataan yang sama artinya. Untuk pengertian yang dicakup kata inggris science cukuplah disebut ilmu saja tampa penambahan perkataan pengetahuan. a. PENGERTIAN ILMU Istilah ilmu atau science merupakan suatu perkataan yang cukup bermakna ganda, yaitu mengandung lebih daripada satu arti. Oleh karna itu, dalam memaknai istilah tersebut seseorang harus menegaskan atau sekurang-sekurangnya menyadari arti nama yang dimaksud. Menurut cakupannya pertama-tama ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu kebulatan. Jadi, dalam arti yang pertama ini ilmu mengacu pada ilmu seumumnya (science is general). Arti yang kedua dari ilmu, menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari suatu pokok soal tertentu. Dalam arti ini ilmu berarti suatu cabang ilmu khusus, seperti misalnya antropologi, biologi, geografi, atau sosiologi. Istilah inggris science kadang-kadang diberi arti sebagai ilmu khusus yang lebih terbatas lagi, yakni sebagai pengetahuan sistemastis mengenai dunia fisis atau material (syintematic knowledge of the physical or material world). Istilah science juga sering dipakai untuk menunjuk gugusan ilmu-ilmu kealaman atau natural science. natural science inilah yang tampaknya dalam pendidikan Indonesia diterjemahkan menjadi ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Natural sciences terjemahannya yang lebih tepat adalah ilmu-ilmu kealaman. Tidaklah sama dengan ilmu alam dalam arti fisika (istilah inggrisnya physics), melainkan memiliki cakupan yang lebih luas dari pada fisika. Kemudian pembahasan selanjutnya mengenai ilmu terhadap ilmu seumumnya. Dari segi maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang terbaca dalam pustaka menunjuk pada sekurang-sekurangnya tiga hal, yakni pengetahuan, aktivitas dan metode. Dalam hal yang pertama dan ini yang terumum, ilmu senantiasa berarti pengetahuan (knowledge). Di antara para filsuf dari berbagai dalam aliran terdapat pemahaman umum bahwa ilmu adalah suatu kumpulan yang sistematis dari pengetahuan (any systematic body of knowledge). Seorang filsuf yang meninjau ilmu Jhon G. Kemeny juga memakai istilah ilmu dalam arti semua pengetahuan yang dihimpun dengan perantaraan metode ilmiah (all knowledge collected by means of the scientific method). Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi. b. PENGERTIAN NILAI Nilai secara singkat dapat dikatakan, ‘perkataan nilai ‘ kiranya mempunyai macam makna seperti berikut mengandung nilai (berguna bagi kehidupan baik dalam masyarakat maupun kehidupan sehari- hari) merupakan nilai (baik , benar, indah, dapat membedakan apa-apa yang kita lihat rasa, dll) mempunyai nilai (merupakan obyek keinginan, mempunyai kualitas yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap ‘setuju’ atau mempunyai nilai tertentu. Dan memberi nilai (menggapai sesuatu hal yang diinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu). Suatu benda atau perbuatan dapat mempunyai nilai, dan berhubungan dengan itu, dapat dinilai. Hal- hal tersebut dapat mempunyai nilai karena mengandung nilai atau menggambarkan suatu nilai. Pernyataan nilai mempunyai nilai kebenaran, dan karena itu bernilai untuk pemberitahuan. Suatu lukisan mempunyai nilai keindahan, dan berhubung dengan itu, bernilai bagi mereka yang menghargai seni, seorang seniman memberi nilai kepada pernyataan- pernyataan yang benar dan pecinta keindahan memberi nilai kepada karya- karya seni. [ Kattsoff, louis o. hal 324 pengantar filsafat, tiara wacana, yogyakata. 2004.

PTK TAV - Ku

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X TAV MATA PELAJARAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN STANDAR KOMPETENSI PENGGUNAAN ALAT UKUR LISTRIK PADA SMK NEGERI 1 TANAH JAMBO AYE KABUPATEN ACEH UTARA PENELITIAN TINDAKAN KELAS Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan Kenaikan Pangkat/Golongan Melalui Angka Kredit Oleh : AZHARI, ST Nip. 19841125 201003 1 003 Guru SMK Negeri 1 Tanah Jambo Aye PEMERINTAH KABUPATEN ACEH UTARA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA SMK NEGERI 1 TANAH JAMBO AYE 2015 PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X TAV MATA PELAJARAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN STANDAR KOMPETENSI PENGGUNAAN ALAT UKUR LISTRIK PADA SMK NEGERI 1 TANAH JAMBO AYE KABUPATEN ACEH UTARA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan mutu pendidikan tidak lepas dari upaya peningkatan sumber daya manusia (human resources) yang didukung oleh sumber daya material (material resources) seperti sarana dan prasarana pendidikan. Di antara komponen yang sangat penting dalam peningkatan sumber daya manusia adalah guru. Oleh karena itu rendahnya mutu pendidikan nasional saat ini sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan peranan dan fungsi guru di sekolah. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Tilaar (1994) bahwa “tanpa mengabaikan faktor lain, maka guru dianggap sebagai faktor tunggal yang menentukan terhadap meningkatnya mutu pendidikan”. Selanjutnya Sahertian (1994) mengemukakan bahwa dalam meningkatkan sumber daya manusia melalui proses pendidikan, guru mempunyai peranan penting. Kepentingannya tidak hanya melihat proses belajar mengajar sebagai proses alih ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi juga dilihat sebagai proses pengembangan sumber daya manusia. Selanjutnya Nugroho (1996) mengemukakan bahwa “peningkatan mutu pendidikan terkait erat dengan tugas guru di dalam kelas, karena hal itu baru dapat dicapai jika didukung oleh peningkatan kinerja guru dalam melakukan tugas” Hal ini berarti bahwa kinerja guru dalam proses pembelajaran merupakan salah satu parameter kualitas pendidikan. Dalam peranannya sebagai fasilitator pada proses pembelajaran, maka guru diharapkan dapat mengembangkan potensi anak didik guna memudahkan pencapaian aktualisasi diri mereka. Untuk itu guru hendaklah mampu merancang dan menerapkan suatu metode yang efektif, sehingga dapat melibatkan siswa secara total, baik fisik maupun emosional dalam proses pembelajaran. Dengan demikian diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Berdasarkan pengalaman peneliti selama menjadi Guru pada standar kompetensi penggunaan Alat ukur listrik di SMK N 1 Tanah Jambo Aye, kelas X TAV ditemukan indikasi yang menunjukkan rendahnya hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Siswa terlihat kurang perhatian terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Selain itu ada kecendrungan kurang menariknya kegiatan pembelajaran, hal ini tentu saja mengakibatkan suasana pembelajaran menjadi monoton dan tidak menyenangkan. Melalui diskusi yang peneliti lakukan, diduga bahwa rendahnya hasil belajar siswa terhadap standar kompetensi Menggunakan Alat/Instrumen bantu untuk keperluan pengukuran/pengujian disebabkan oleh kesalahan guru dalam memilih metode pembelajaran yang akan diterapkan, serta minimnya fasilitas pratikum di WorkShop. Metode ceramah merupakan metode yang paling sering diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Dengan lebih seringnya guru menerapkan metode ceramah maka akan lebih menempatkan siswa sebagai objek pengajaran saja, sehingga interaksi antara guru dengan siswa tidaklah antara subjek dengan subjek, melainkan antara subjek dengan objek. Dominasi guru dalam proses pembelajaran akan menimbulkan akibat berupa kurangnya keaktifan atau partisipasi siswa. hal ini akan menimbulkan kebosanan pada siswa, sehingga proses pembelajaran menjadi tidak menarik. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk menemukan metode yang tepat sebagai solusi untuk memecahkan persoalan pembelajaran. Dalam hal ini peneliti mencoba melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X TAV Standar Kompetensi Penggunaan Alat Ukur Listrik di SMK Negeri 1 Tanah Jambo Aye”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat didentifikasikan masalah - masalah sebagai berikut: 1. Rendahnya hasil belajar siswa pada standar kompetensi Penggunaan Alat Ukur Listrik untuk keperluan pengukuran/pengujian 2. Siswa tidak termotivasi untuk mengikuti pelajaran 3. Siswa sering tidak memperhatikan pelajaran C. Batasan Masalah. Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan lebih terarahnya penelitian ini dengan hasil yang optimal, maka topik permasalahan utama dibatasi pada peningkatan hasil belajar siswa dengan metode demonstrasi. D. Rumusan Masalah Dari pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang dibahas dari penelitian ini yaitu : Apakah penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TAV pada standar kompetensi Penggunaan Alat Ukur Listrik untuk keperluan pengukuran/pengujian di SMK Negeri 1 Tanah Jambo Aye? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode demonstrasi. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh penulis antara lain: 1. Membantu proses belajar mengajar dikelas yang akhirnya dapat meningkatkan nilai hasil belajar siswa secara umum 2. Sebagai bahan masukan untuk para pendidik untuk meningkatkan mutu pendidikan.